Putri Mirong

Putri mirong adalah salah satu bentuk ukiran yang diciptakan oleh seorang abdi kraton yang bernama Citrasoma.

Bangunan yang terdapat ukiran Putri mirong adalah bangunan dimana Sri Sultan sebagai Raja berkenan duduk di tempat tersebut, sehingga di Masjid Gedhe ada dua tempat yang dihiasi dengan ukiran Putri Mirong yaitu di Serambi Masjid dan Maksura karena dua tempat tersebut merupakan tempat Sri Sultan berkenan duduk saat berada di Masjid Gedhe.

Putri Mirong adalah kaligrafi bertuliskan Muhammad  Rosulullah.

Tujuan dari ukiran ini agar Sultan selalu mengingat Allah dan Rosulnya, sekaligus sebagai peringatan bahwa  seorang Raja atau Sultan dalam segala tindakannya harus berdasarkan kepada ajaran agama Islam yang dia anut dan sesuai dengan perintah Allah dan ajaran Rosulullah.

Ada juga pendapat lain bahwa makna dari sebutan atau nama ukiran tersebut yaitu “Putri Mirong” adalah seorang putri yang sedang merasa malu.

Hal ini bermakna bahwa setiap manusia harus mempunyai rasa malu seperti ajaran yang disampaikan oleh Muhammad bahwa “Malu adalah sebagian dari Iman”. Sehingga jika seorang raja sudah tak punya rasa malu maka pasti akan berakibat  buruk terhadap Raja sendiri , negara dan rakyatnya.

Di atas ukiran putri mirong terdapat kaligrafi tulisan Allah, dimana mengandung arti bahwa Allah-lah yang tertinggi dan Maha tinggi.

Budha Hindu

Pada tiang penyangga Serambi Mahkamah al Kabirah terdapat dua simbol agama terdahulu yang masuk di Indonesia yaitu agama Hindu dan Budha.

Agama Budha disimbolkan dengan ukiran paling bawah pada tiang yaitu pada ukiran “tlacaban” dengan bunga teratai berada di tengahnya, sedangkan ukiran simbol agama hindu disebut dengan “praban”  yang mempunyai tiga puncak yang menggambarkan konsep Tri Murti dalam agama Hindu yaitu adanya 3 dewa dalam agama Hindu Syiwa, Wisnu dan Brahma.

Selain menggambarkan adanya agama hindu sebelum datangnya agama Islam, Tiga puncak ini juga mengandung filosofi “Tri Hitakarana” yang merupakan konsep filosofi proses kehidupan manusia yaitu, “Palemahan, Pawongan dan Pahyangan”.

Palemahan/ tanah adalah simbol kelahiran serta asal manusia, Pawongan simbol kehidupan menusia sedangkan Pahyangan adalah simbol kembalinya manusia pada Tuhan atau kematian yang menerangkan konsep bahwa manusia yang lahir kemudian besar dan pada akhirnya akan menemui kematiannya.

Ompak

Pada pilar di serambi Mahkamah al Kabirah semua menggunakan penyangga dari batu kali hitam yang berukir kaligrafi Muhammad.

Hal ini sebagai simbol bahwa semua dasar kehidupan, bernegara dan beragama beragama harus berdasarkan pada apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw .

Secara keseluruhan pada setiap tiang  yang terdapat di Serambi Masjid Gedhe mengandung filosofi “Sangkan Paraning Dumadi” atau asal kejadian manusia, baik kehidupan manusia yaitu mulai lahir, selama hidup hingga mati,serta proses datangnya agama yang dimulai dari datangnya agama Hindu, Budha sampai datangnya Islam di tanah Jawa.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *