Tentang Ajaran Allah

Ada beberapa orang yang mengaku beragama tetapi masih melakukan perbuatan yang buruk , buakn karena agamanya tetapi karena :

  1. Kita salah paham terhadap syariat Allah SWT yang telah diwahyukan oleh Allah SWT  melalui nabi kita Muhammad SAW, nah kesalah pahaman itulah yang akan menimbulkan perbuatan-perbuatan yang tidak selaras dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh syariat Allah itu.
  2. Kemungkinan kita salah di dalam menerapkan ajaran Allah SWT itu di dalam kehidupan nyata karena ada problem  kesalahan dalam pemahaman dan implementasi. Ketika Allah mewahyukan ayat tentang membaca wahyu yang pertama turun itu adalah pembacaan terhadap realitas kehidupan yang sifatnya kompresif .

Didunia ini kita tidak hanya bisa mengakui saja sebagai muslim tetapi sebagai muslim kita harus masuk kedalam wilayah ikhsan, dalam wilayah ikhsan kita tidak cukup hanya sebagai pembaca agama. Dengan kata lain beragama saja tidak cukup , beragama itu harus pula diikuti untuk secara pula optimal menerjemahkan keberagamaan kita itu dalam wilayah praksis baik yang bersifat vertikal ( hablum minauloh )maupun horizontal (hablum minnannas)

Surat al baqoroh ayat 112 :

Bahkan siapapun yang menyerahkan diri dalam arti berislam kepada Allah SWT tetapi dia berbuat  kebajikan dengan kebajikan yang tidak optimal itu tidak akan bisa melahirkan sesuatu yang  optimal, sedangkan seseorang yang bisa berbuat kebajikan secara optimal yang dalam bahasa bisa disebut bberikhsan dia akan diberi pahala disisi Allah SWT dan tidak akan pernah meraeka bersedih.

Kesuksesan seseorang dalam beragama itu diiringi oleh sikap ikhsan, lalu sikap ikhsan itu apa?

ikhsan dalam pengertian vertikal yang sering sekali dikatakan dalam bahasa agama dalam kata-kata beribadah kepada Allah SWT seolah-olah Allah SWT akan mencobai anda dengan cobaan yang aktual.Banyak para ulama yang berbicara bahwa pengelihatan yang paling tajam bukanlah mata tetapi mata hati, mata kepala bisa ditipu tetapi mata hati tidak bisa ditipu ketika hati itu masih bersih dan belum dikotori oleh keinginan-keinginan hawa nafsu, apakah mata hati kita itu benar benar melihat Allah SWT ketika kita melakukan sesuatu dan kita sadar bahwa Allah SWT mwlihat kita dan itulah yang membuat kita mengembalikan sikap ikhsan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *