Gerhana Mematahkan Konsep Atheisme

Peristiwa gerhana yang sudah diprediksikan secara ilmiah akan terjadi pada malam hari ini,  Rabu, 31 Januari 2018 mulai pukul 18:48 WIB dan menjadi gerhana total pada pukul 19:52. Sesuai dengan syariat islam, yang disampaikan _Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam_

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ, وَلاَ لَحِيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُو هُمَا فَادْ عُوا اللهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ}
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) di antara ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga tersingkap kembali.” (HR. Al-Bukhari no. 1043, dan Muslim no. 915)

Gerhana yang _in syaa Allah_ akan kita saksikan adalah gerhana supermoon. Astronom Observatorium Boscha, Mohammad Irfan mengatakan bahwa fenomena supermoon nanti bulan kemungkinan akan berwarna merah kegelapan karena bulan berada berdekatan dengan pusat kerucut bayang umbra. Dapat kita buktikan bersama benda langit yang mengharmoni menjadi peristiwa gerhana supermoon ini tidak bukan adalah kekuasaan Yang Maha Menciptakan, Allah _Subhanahu wata’ala_

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kaliann sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.” (Fushshilat: 37)

Peristiwa ini membantah bahwa gerhana dan semua benda – benda langit terjadi sendiri, automatis dan tidak ada yang menciptakannya. Tidak ada manusia, hewan, tumbuhan, atau benda langit lain (alien sekalipun) terkonfirmasi dan terbukti ilmiah dapat membuat gerhana. *Ini menunjukkan Tuhan itu ada.*

Allah Azza wa Jalla menciptakan adanya peristiwa gerhana adalah  menjadikannya sebagai perimgatan agar hamba-hamba-Nya takut kepada-Nya. Maka tatkala terjadi gerhana hendaklah umat manusia segera ingat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan segera menyadari bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala sedang mengingatkan kelalaian mereka dengan ancaman adzab-Nya. Dari sini, jelaslah bagi kita kesalahan kebanyakan kebanyakan orang yang justru menjadikan fenomena gerhana tersebut sebagai hiburan bagi mereka. Ketika ada informasi bahwa gerhana akan terjadi pada hari tertentu pada jam tertentu, maka mereka bersiap dengan kamera dan teropong masing-masing, mencari tempat-tempat strategis untuk menyaksikan peristiwa ”indah” tersebut. Sungguh sangat jauh dari mengingat Allah Subhanahu wa ta’ala, apalagi menyadari itu sebagai peringatan dari-Nya. Kesalahan ini akibatmenganggap gerhana sebagai kejadian antariksa biasa, yang bersumber dari sikap mengandalkan sains, tanpa mau mengundahkan berita dari Allah Subhanahu wa ta’ala, Pencipta dan Penguasa seluruh  alam dengan segenap galaksi dan langit yang ada didalamnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, ”Ini bantahan terhadap ahli astronomi yang mengira bahwa gerhana merupakan peristiwa biasa, tidak akan maju atau mundur.”

Islam memberantas segala keyakinan/ aqidah batil, diantaranya yang bersumber dari astrologi (ahli nujum) yang meyakini bahwa pergerakan/ peredaran bintang, planet dan benda-benda langit lainnya memberikan pengaruh/ ada kaitannya dengan kejadian-kejadian di bumi. Yang dikenal sebagai zodiak, shio, atau nama yang lainnya sesuai dengan agama asal masing-masing yang digagas oleh para filosof, rohaniawan atau paranormal. Termasuk kejadian gerhana yang diyakini sebagai tanda atau sebab (bakal) terjadi peristiwa atau bencana besar di muka bumi. Ini semua adalah batil. Seorang mikmin yang berpegang pada kemurnian tauhid harus meninggalkan keyakinan-keyakinan tersebut. Sangat disayangkan, ada sebagian di antara kaum muslimin yang masih percaya dengan ramalan-ramalan bintang, termasuk pula mitos/ legenda seputar gerhana, atau meyakini peristiwa gerhana ada hubungan dengan bencana alam atau lainnya. Al-Imam al-Khaththabi Rahimahullah berkata, ”Dulu mereka pada masa jahiliyyah berkeyakinan bahwa gerhana menyebabkan terjadinya perubahan di muka bumi, berupa kematian, bencana dan lain-lain. Maka Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam mengajarkan bahwa itu adalah keyakinan batil. Sungguh matahari dan bulan itu adalah dua makhluk yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Keduanya tidak memiliki kekuatan mempengaruhi sesuatu yang lainnya, tidak pula memiliki kemampuan membela diri.” ( lihat Fathul Bari hadits no. 1040)

Adapun mitos seperti : Makanan Terpapar Racun; Bulan Dimakan Buto (Makhluk Raksasa), serigala, naga; Orang hamil tidak boleh keluar rumah, penyebab bibir sumbing; itu semua adalah kebohongan dari syetan, yang berupa jin atau manusia. Syetan suka sekali membuat orang jauh dari akidah tauhid yang benar.

Saat gerhana bulan atau matahari, *kita diperintahkan untuk berlindung dengan dzikir dan memperbanyak istighfar*. Mari kita siapkan, untuk hari ini, malam ini, berapa banyak istighfar yang mampu kita lafalkan? malulah kalau istighfar kita kurang dari 100 kali. Nabi Muhammad, teladan kita, junjungan kita, yang rindu kepada umatnya, yang dapat memberi kita syafaat, saat kondisi sehari – hari, *tidak kurang dari 100 kali beristighfar*.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
(( يَاأَيُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّيْ أَتُوْبُ فِيْ اليَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ )) رواه مسلم.
“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim).

Ini peristiwa gerhana teman-teman. Tidakkah kita melihat bagaimana _Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam_ takut ketika terjadi gerhana matahari? Bayangkan rekan-rekan, jika saat gerhana matahari bukan sekedar gerhana biasa, di mana Allah mencabut gelapan di muka bumi ini lalu *tiba – tiba matahari terbit dari arah barat, dan sudah tidak ada lagi masa untuk bertaubat*.

(( مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ)) رواه مسلم.
“Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari barat niscaya Allah menerima taubatnya.” (HR. Muslim).

*Istighfar itu dahsyat*. Kita yang sudah bersedia menjadi orang beriman, yang menyatakan diri dengan syahadat, selayaknya meyakini bahwa Allah yang memberikan rezeki kepada kita. Salah satu amalan yang menghilangkan penghambat rezeki adalah istighfar. Antum ingin lulus sekolah? ingin dapat gaji lebih banyak? ingin punya anak? ingin hidupnya mudah? bisnis lancar? atau bahkan ingin menikah? *beristighfarlah*

(( مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ )) رواه أبو داود.

“Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Abu Daud)

Dorongan mencari rizki kerap menyebabkan banyak orang terpental dari jalan yang lurus. Padahal Islam, sebagai agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi kehidupan seorang hamba, telah memberikan solusi yang begitu jelas dalam usaha memperlancar rizki.
Di antara tuntunan yang ditawarkan untuk menggapai tujuan tersebut: *memperbanyak istighfar*, bukan hanya beristighfar, tapi memperbanyak istighfar. Dalil tuntunan tersebut firman Allah ta’ala,

“فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً” (نوح: 10-12)
Artinya: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu”. QS. Nuh: 10-12.

Lihatlah rekan-rekan, istighfar kita tidak hanya berdampak pada diri kita namun untuk orang sekitar kita, terutama orang tua kita. Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan: Allah tidak mengurangi pahala amalan anak-anak lantaran sedikitnya amalan mereka. Dan pula, tidak mengurangi pahala para orang tua sedikit pun, meskipun menempatkan keturunan mereka bersama dengan orang tua mereka (yang berada di derajat yang lebih tinggi, Pen.).[ Al-Jâmi’ li Ahkamil-Qur`ân, 17/60

Atau dengan pengertian lain, seperti diungkapkan oleh Imam ath-Thabari: Allah tidak mengurangi ganjaran kebaikan mereka sedikit pun dengan mengambilnya dari mereka (para orang tua) untuk kemudian Kami tambahkan bagi anak-anak mereka yang Kami tempatkan bersama mereka. Akan tetapi, Kami beri mereka pahala dengan penuh, dan (lantas) Kami susulkan anak-anak mereka ke tempat-tempat mereka (para orang tua) atas kemurahan Kami bagi mereka.[ Jâmi’ul-Bayân, 27/34

Demikianlah, keutamaan dan kemurahan yang dilimpahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para orang tua melalui doa anak-anaknya, tertuang pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ أَنىَّ لِيْ هَذِهِ ؟ فَيَقُوْلُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu”.

*Rasakan istighfar antum untuk menanti Rahmat Allah*. Kita mohon ampunan Allah atas diri yang penuh dengan dosa dan maksiat. Tentu momen gerhana Supermoon malam ini akan menjadi pemacu diri untuk menjadi supermuslim, muslim yang taat, muslim yang hebat, muslim yang berbeda dengan manusia biasanya yang hidup pasrah, menyerah dan hidup tanpa rencana. Melalui istighfar malam ini lah, mari bulatkan tekat kita untuk istiqamah dalam _fi sabilillah_, renungi langkah kita, dan bermuhasabah untuk mempersiapkan diri agar layak bertemu dengan sosok manusia yang berwajah menentramkan, yang menunggu kita, yang merindukan kita. Manusia yang wajahnya bak purnama, yang kelak akan memberikan syafaat bagi kita, sehingga pada akhirnya kita yakin, melalui jalan yang dituntunkannya, Muhammad _Shallallahu ‘Alaihi Wassalam_, kita menjadi orang yang diselamatkan di kehidupan dunia dan akhirat.

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على آل إبراهيم وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على آل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim, dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim atas sekalian alam, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia”

[Shahih, HR Muslim 2/16, Abu Dawud no. 980, At Tirmidzi 5/37-38, An Nasa-i dalam “Sunan” nya 3/45, Ahmad 4/118, 5/273-274, Ibnu Hibban dalam “Shahih” nya no. 1949, 1956, Baihaqi dalam “SUnanul Kubra” 2/146,dan Imam Malik dalam “AL Muwaththo’ (1/179-180 Tanwirul Hawalik Syarah Muwaththo'”]

Allahu a’lamu bisshowab

Disusun oleh :
Ridwan Wicaksono, S.T., M.Eng.
Wakil Ketua Mualaf Center Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *